"Tuhanku... Berikanku cinta yang Kau titipkan... Bukan cinta yang pernah kutanam"
Saya suka dengan pernyataan di atas. Entahlah, mengapa. Apa
mungkin karena hal itu yang semestinya kita pinta? Karena memang benar
adanya dengan nurani, yang selalu membenarkan setiap kebaikan yang
dilakukan, dan pasti gundah dengan kesalahan atau kebatilan diri?
Semestinya, saya lebih berhati-hati dengan hati. Ini terkait dengan cinta.
Antara cinta yang Allah titipkan, atau cinta yang pernah saya tanamkan. Ketika cinta yang tumbuh adalah yang Allah titipkan, maka ia akan tumbuh pada saat yang tepat. Ia tumbuh bersama pahala yang berdatangan karena setiap perilaku atasnya adalah perintahNya. Ia akan menumbuhkan tunas-tunas baru berkualitas, karena keberkahan perjalanan menumbuhkan cinta itu. Ia akan senantiasa kekal, karena ia nya diserahkan pada sang Penjaga yang tak pernah Tidur.. Dan cinta itu akan berakhir di surgaNya, dengan izin dan ridhaNya...
Antara cinta yang Allah titipkan, atau cinta yang pernah saya tanamkan. Ketika cinta yang tumbuh adalah yang Allah titipkan, maka ia akan tumbuh pada saat yang tepat. Ia tumbuh bersama pahala yang berdatangan karena setiap perilaku atasnya adalah perintahNya. Ia akan menumbuhkan tunas-tunas baru berkualitas, karena keberkahan perjalanan menumbuhkan cinta itu. Ia akan senantiasa kekal, karena ia nya diserahkan pada sang Penjaga yang tak pernah Tidur.. Dan cinta itu akan berakhir di surgaNya, dengan izin dan ridhaNya...
Lalu
bagaimana dengan cinta yang sebaliknya? cinta yang saya tanam? Pasti saya
menanamnya pada saat yang tidak tepat, pada saat saya belum siap
menanggung setiap konsekuensi atasnya. Ia pun tertanam pada orang
yang tidak tepat. Belum tentu ia terpilihkan untuk saya. Atau kalaupun ia
terpilihkan untuk saya, keberkahan pertumbuhannya akan terhambat,
terganggu, atau bahkan rusak. Jika bukan ia yang terpilihkan, pastinya
akan merusak cinta yang faktanya saya dapati. Bulatan cinta saya akan
tergores, atau retak di tepi. Pun jika itu tak terjadi, saya tak bisa
menjamin, akan mampu merawat hati saya pada seorang yang telah membersamai,
kala saya bertatap kembali dengan cinta yang pernah saya tumbuhkan.
"Ya Allah... Berikanku cinta yang Kau titipkan, bukan cinta yang pernah ku tanam. "
Bisa
saja kemudian Kau berikan saya cinta yang saya tanam, yang pastinya saya
inginkan dan harapkan . Tapi saya tahu, itu tak akan seindah jika Kau
beri saya cinta yang Kau titipkan. Maka, bersihkan hati ini atas
cinta-cinta yang telah, pernah, atau mungkin sedang saya tanam pada
seorang atau dua orang di sana. Sucikanlah hati ini... Jagalah hati
ini... Agar ia (hati) senantiasa siap menerima kedatangan cinta yang Kau
titipkan, kapanpun itu. Meski harus menanti tiba masa nya, atau justru
terkaget atas hadirnya tiba-tiba. Ya, agar ia (hati) siap menempuh
kehidupan bersama (hati) pemilik cinta yang Kau titipkan. Agar ia nya
siap meraih hikmah dari setiap suka duka yang pastinya saya akan jalani
bersama cintanya. Dan nantinya saya merengkuh cintaMu bersamanya, cinta
yang Kau titipkan untuk saya...
(sebagaimana telah di-posting di primary blog Si Mbak : cahayaembunfajar.blogspot.com)
0 comments:
Post a Comment